IKAUNPASBANDUNG. Powered by Blogger.
Tag:

Asep Dedi dan Tekpang, Dua Hal yang Buat IPB dan UGM Cemburu


Asep Dedi Sutrisno dilahirkan di Bandung, 10 Maret 1961 lelaki yang berdarah Sunda ini memiliki tiga orang anak hasil pernikahannya dengan istrinya, Rita Sri Mulyati Dari tiga anak tersebut, dua anak tertua sudah berkeluarga. Ia menyelesaikan studi di Universitas Pasundan (Unpas) Jurusan Tekhnologi Pangan (Tekpan), pada tahun 1986. Meskipun aktif di Himpunan dan Senat selama kuliah, ternyata prestasi ia raih di bidang olahraga. Terdapat tiga cabang olah raga yang ia tekuni saat itu, yaitu atletik, tenis meja, dan bola voli. Pada bidang atletik, ia sempat meraih medali emas cabang lari jarak pendek dan cepat di Porseni (Pekan Olahraga dan Seni). Lalu di bidang tenis meja, dua medali digondol, yaitu emas dan perak. 
Sebagai bagian dari civitas Tekpan, tahun 1986 Asep Dedi berusaha mendongkrak dan mempromosikan jurusannya ini. Hal tersebut ia lakukan dengan ikut serta diberbagai kegiatan keilmuan dan keilmiahan, baik seminar nasional maupun internasional.
Sebelum menjadi dosen di Unpas, Asep Dedi sempat mengelana dulu. Tercatat ia memilki pengalaman bekerja di sejumlah perusahaan. Selama setahun, dari 1986-1987, ia sempat bekerja di industri makanan. Setelah itu, ia beralih ke bidang konsultan industri makanan yang bertempat di di Jakarta dari 1987-1989. Hanya dua tahun di bidang konsultan, ia kembali berpindah kerja ke PT Limamur di Subang sampai 1990. Sampai tawaran menjadi dosen di Unpas datang kembali padanya, setelah sebelumnya sempat  ditolak. Namun, pada kesempatan kedua pada tahun 1990, menerima tawaran mengajarnya di Unpas.
Akan tetapi, karena lama berkecimpung di dunia kerja lapangan, hasratnya untuk mengembangkan yayasan di bidang pangan tetap ia miliki. Meskipun begitu, pada akhirnya yayasan yang bernama Batalisan (Bangun Tani Lingkung Pedesaan) ini diserahkan kepengurusannya ke orang lain, karena ia sibuk dengan kewajibannya di perkuliahan sebagai dosen.
Di Jurusan, ia sempat dipercaya sebagai Sekretaris Jurusan Teknologi Pangan (1995-1999) dan Ketua Jurusan Teknologi Pangan (1999-2007). Pada masa jabatanya sebagai Ketua itulah, pertama kalinya ada akreditasi. Berkat perjuangan dan kekompakan semua dosen, sistem baru itu bisa tempuh dengan hasil yang baik, yaitu pemerolehan akreditasi A. Itu adalah kebanggaan karena Teknologi Pangan Unpas adalah Jurusan Teknologi Pangan pertama di Indonesia yang mendapatkan nilai akreditasi A.
Akan tetapi, hasil gemilang itu sempat membuat kecemburuan, keraguan, dan kecurigaan dari IPB dan UGM yang hanya mendapat nilai B. Mereka menganggap hasil tersebut semu. Hal itu pun memotivasinya untuk membuktikan bahwa nilai A itu layak. Ia pun mengerahkan segala upaya untuk membuktikan bahwa keraguan itu keliru, dengan membangun kerja sama dengan Pemerintah, BUMN, dan perusahaan swasta. Dengan kerja sama itu, civitas Tekpan dapat unjuk gigi untuk menunjukkan kualitas luaran Jurusan yang berakreditasi A ini. 
Sesudah itu, untuk tetap mempertahankan kulitas Jurusan. Pada saat kepemimpinanya, ditetapkan sejumlah indikator. Indikator-indikator kualitas inilah yang membuat Jurusan Tekpan Unpas kembali meraih akreditasi A, dengan rata-rata nilai yang lebih tinggi dibanding IPB dan UGM. Selain itu, selama menjabat sebagai Ketua, ia juga menjalin hubungan dengan lembaga-lembaga di luar negeri, seperti UNDP dan JIK.
Dalam masa kepemimpinanya juga, Tekpan mampu memiliki alat laboratorium buatan sendiri, yang selanjutnya menjadi ciri khas dan keunggulan Unpas. Hal itu disebabkan Jurusan Tekpan di perguruan tinggi lain, tidak semua dan hanya sedikit yang mampu melakukan hal tersebut.
Setelah melepas jabatan sebagai Ketua Jurusan pada tahun 2009, Rektor mengembani Asep Dedi untuk mengelola Lembaga Pengabdian Masyarakat (LPM). Jabatan baru tersebut menjadi tantangan baginya karena ia harus mampu membuat LPM dilirik internal Unpas dan eksternal Unpas. Untuk merealisasikan hal itu, pihaknya membuat program-program kerjasama dengan berbagai instansi dan Dirjen Dikti.
Perjuanganya pun berbuah manis, LPK mendapat penghargaan dari Menristek pada tahun 2011-2012 sebagai Lembaga Pelaksana Aplikasi Teknologi Terbaik. Selain itu, LPM pun dipercaya sejak tahun 2012, sebagai Penyelengggara Bidang Teknis atau Orientasi DPRD se-Indonesia, wilayah Jabodetabek. Itu berlangsung hingga sekarang dan minimal dalam 1 bulan ada 3-4 DPRD yang risetnya dilakukan oleh LPM.
Kemudian dari perolehan karier diluar kampus, pihaknya dipercaya menjadi staf ahli pada Dirjen Perindustrian Kimia, tenaga ahli di beberapa Dinas Jawa Barat, salah satunya di Dewan Ketahanan Pangan Jabar, dan satu satu kopja ahli di bidang ketahanan pangan di Dinas Perindustrian.
Pesan untuk Wisudawan
Untuk para alumni, Asep Dedi berpesan untuk mempersipkan segalanya, dari mulai nilai akademik yang baik, termasuk sertifikat keprofesian bagi yang harus memilikinya. Hal itulah yang bagi Asep Dedi, akan menjadi senjata di dunia kerja karena dunia kompetisi kerja itu seperti perang. Hanya yang memiliki senjata lengkap yang mampu menang.
Tak lupa, ia menyarakan agar alumni untuk sesegera mungkin merintis usaha (berwirausaha), karena Indonesia ini negara berkembang sehingga peluang tersebut cukup besar. Menjadi pengusaha, menurut Asep Dedi, selain bisa menghidupi diri sendiri, juga dapat membantu orang lain mendapatkan pekerjaan dan tentunya memajukan ekonomi Indonesia.
Lalu, bagi alumni yang sudah mapan hendaknya dapat membantu adik alumni yang sudah lulus. Toh alumni-alumni Unpas mempunyai softskill yang menghuni sehingga bila dibantu dipekerjakan atau diajak bekerja, bisa berkontribusi untuk kemajuan perusahaan miliknya atau tempatnya bekerja.

dedenfirmansoemantri@gmail.com Silahkan untuk Memberi komentar

About Unknown

Hallo, Nama Saya Deden Firman Fauzi. saya pengelola website ini,semoga informasi di website ini berguna dan apabila memiliki kritikan dan saran silahkan email ke dedenfirmansoemantri@gmail.com dan WA/LINE 082118778437.

0 komentar:

Post a Comment